Minggu, 12 Mei 2013

Siswa Anda adalah Mutiara Anda

Oleh : Syamdani
(Guru SMPN 1 Junjung Sirih)
Siswa Anda adalah Mutiara dan Bukan Sampah yang Mesti Anda Campakkan.
Banyak guru yang terkecoh di lapangan dikala ia lebih memperhatikan siswa yang cerdas daripada siswa yang lebih bodoh di matanya. Baginya siswa yang lebih pintar itulah yang sebenarnya telah lebih tertarik terhadap apa yang diajarkannya. Siswa yang pintar itu yang lebih menghargai apa yang dia ajarkan dibandingkan dengan siswa yang lebih bodoh karena belum juga bisa menguasai pembelajaran. Adakalanya juga seorang guru yang mengajar di sekolah favorit atau kelas unggul merasa dirinya lebih pintar dari guru-guru yang bernasib malang karena mengajar di kelas atau sekolah yang siswanya tidak begitu pintar. Di bagian lain guru-guru yang tidak mengajar di sekolah favorit atau kelas unggul merasa lebih bodoh. Ini sebuah kesalahan yang dikondisikan dan ini sebenarnya adalah sebuah pengkhinaan terhadap banyak siswa tidak terkecuali untuk sebagian anak-anak pintar tersebut.
Suatu hari seorang mantan siswa yang pintar pernah bercerita tentang betapa bencinya ia di SMP kepada salah seorang gurunya di sekolah ketika ia harus diperlakukan lebih istimewa dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain. Meski merasa lebih sedikit pintar dari kebanyakan temannya yang lain, namun ia tidak pernah rela melihat setiap sang guru masuk, teman-temannya harus tersiksa belajar karena penghinaan yang dilakukan. Suatu hari ia menyusun rencana pembalasan terhadap sang guru yang kebetulan mengajar bahasa Inggeris. Semua siswa yang dinilai agak pintar dikumpulkannya dan ia membuat kesepakatan bersama untuk keluar sebelum guru tersebut masuk kelas. Rencana itu benar-benar dilaksanakan. Akibatnya ketika sang guru masuk kelas, yang tinggal hanya siswa-siswa yang telah dihina guru sebelumnya. Sedangkan siswa yang mendapatkan pujian tidak seorangpun tinggal di dalam kelas. Dalam kondisi seperti itu, sang guru harus menitikkan air mata di dalam kelas. Ia kemudian menyadari kekeliruan fatal yang selama ini telah diperbuatnya. Kekeliruan itu tidak mesti harus terulang untuk kesekian kalinya. Pada pertemuan selanjutnya sang guru kembali mendapatkan keseluruhan siswanya masuk belajar seperti biasa. Ia benar-benar telah merubah cara mengajarnya untuk ke depan dan tidak pernah merasa bahwa siswanya harus diperlakukan istimewa atas yang lain.
Sebenarnya apa yang diceritakan mantan siswa tersebut di atas, bukan hal yang jarang terjadi dalam arti bahwa banyak guru merasa terhina ketika mengajar siswa yang kurang pintar dan merasa tersanjung ketika diberikan kesempatan untuk mengajar di kelas-kelas unggul. Atau berusaha membedakan siswa yang satu atas yang lain. Sebenarnya semua siswa adalah mutiara-mutiara yang memiliki kilap cahayanya sendiri. Semua mutiara itu sebenarnya juga memiliki harga yang tidak rendah. Hanya saja ada di antara mutiara-mutiara itu yang masih terselimut debu atau lumpur sehingga kilap cahanya jadi tertutup. Seorang pengumpul mutiara yang hebat tidak pernah berusaha untuk mencampakkan sebutirpun mutiara-mutiara tersebut sekalipun tebalnya debu atau lumpur yang menyelimutinya. Ia akan akan tetap mengambil semua mutiara itu dan dengan penuh kesabaran dibersihkannya satu persatu. Tak sebutir mutiarapun akan ditemukan di keranjang sampahnya karena tempat mutiara bukan di keranjang sampah.
Dalam suasana kelas, siswa sama dengan mutiara-mutiara itu. Guru yang hebat tidak pernah berusaha untuk menyisihkan siswanya yang bodoh demi siswanya yang pintar. Bagi guru yang hebat, semua siswa sebenarnya adalah orang-orang pintar yang layak ditempatkan di tempat terhormat. Bila ada seorang atau lebih yang tidak pintar, itu bukan berarti siswa tersebut bodoh melainkan karena guru belum berhasil membuat ia bisa menjadi seorang yang pintar seperti yang lain. Bagai mutiara yang terselimut debu atau lumpur, guru dengan sabar hati membimbing sang siswa untuk segera menjadi orang terpintar. Guru yang hebat itu sebenarnya adalah guru yang bisa membuat siswa yang tidak pintar menjadi yang terpintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar