Siswa Anda adalah Mutiara Anda
Oleh : Syamdani
(Guru SMPN 1 Junjung Sirih)
Siswa Anda adalah Mutiara dan Bukan Sampah yang Mesti Anda Campakkan.
Banyak
guru yang terkecoh di lapangan dikala ia lebih memperhatikan siswa yang
cerdas daripada siswa yang lebih bodoh di matanya. Baginya siswa yang
lebih pintar itulah yang sebenarnya telah lebih tertarik terhadap apa
yang diajarkannya. Siswa yang pintar itu yang lebih menghargai apa yang
dia ajarkan dibandingkan dengan siswa yang lebih bodoh karena belum juga
bisa menguasai pembelajaran. Adakalanya juga seorang guru yang mengajar
di sekolah favorit atau kelas unggul merasa dirinya lebih pintar dari
guru-guru yang bernasib malang
karena mengajar di kelas atau sekolah yang siswanya tidak begitu
pintar. Di bagian lain guru-guru yang tidak mengajar di sekolah favorit
atau kelas unggul merasa lebih bodoh. Ini sebuah kesalahan yang
dikondisikan dan ini sebenarnya adalah sebuah pengkhinaan terhadap
banyak siswa tidak terkecuali untuk sebagian anak-anak pintar tersebut.
Suatu
hari seorang mantan siswa yang pintar pernah bercerita tentang betapa
bencinya ia di SMP kepada salah seorang gurunya di sekolah ketika ia
harus diperlakukan lebih istimewa dibandingkan dengan rekan-rekannya
yang lain. Meski merasa lebih sedikit pintar dari kebanyakan temannya
yang lain, namun ia tidak pernah rela melihat setiap sang guru masuk,
teman-temannya harus tersiksa belajar karena penghinaan yang dilakukan.
Suatu hari ia menyusun rencana pembalasan terhadap sang guru yang
kebetulan mengajar bahasa Inggeris. Semua siswa yang dinilai agak pintar
dikumpulkannya dan ia membuat kesepakatan bersama untuk keluar sebelum
guru tersebut masuk kelas. Rencana itu benar-benar dilaksanakan.
Akibatnya ketika sang guru masuk kelas, yang tinggal hanya siswa-siswa
yang telah dihina guru sebelumnya. Sedangkan siswa yang mendapatkan
pujian tidak seorangpun tinggal di dalam kelas. Dalam kondisi seperti
itu, sang guru harus menitikkan air mata di dalam kelas. Ia kemudian
menyadari kekeliruan fatal yang selama ini telah diperbuatnya.
Kekeliruan itu tidak mesti harus terulang untuk kesekian kalinya. Pada
pertemuan selanjutnya sang guru kembali mendapatkan keseluruhan siswanya
masuk belajar seperti biasa. Ia benar-benar telah merubah cara
mengajarnya untuk ke depan dan tidak pernah merasa bahwa siswanya harus diperlakukan istimewa atas yang lain.
Sebenarnya
apa yang diceritakan mantan siswa tersebut di atas, bukan hal yang
jarang terjadi dalam arti bahwa banyak guru merasa terhina ketika
mengajar siswa yang kurang pintar dan merasa tersanjung ketika diberikan
kesempatan untuk mengajar di kelas-kelas unggul. Atau berusaha
membedakan siswa yang satu atas yang lain. Sebenarnya semua siswa adalah
mutiara-mutiara yang memiliki kilap cahayanya sendiri. Semua mutiara
itu sebenarnya juga memiliki harga yang tidak rendah. Hanya saja ada di
antara mutiara-mutiara itu yang masih terselimut debu atau lumpur
sehingga kilap cahanya jadi tertutup. Seorang pengumpul mutiara yang
hebat tidak pernah berusaha untuk mencampakkan sebutirpun
mutiara-mutiara tersebut sekalipun tebalnya debu atau lumpur yang
menyelimutinya. Ia akan akan tetap mengambil semua mutiara itu dan
dengan penuh kesabaran dibersihkannya satu persatu. Tak sebutir
mutiarapun akan ditemukan di keranjang sampahnya karena tempat mutiara
bukan di keranjang sampah.
Dalam
suasana kelas, siswa sama dengan mutiara-mutiara itu. Guru yang hebat
tidak pernah berusaha untuk menyisihkan siswanya yang bodoh demi
siswanya yang pintar. Bagi guru yang hebat, semua siswa sebenarnya
adalah orang-orang pintar yang layak ditempatkan di tempat terhormat.
Bila ada seorang atau lebih yang tidak pintar, itu bukan berarti siswa
tersebut bodoh melainkan karena guru belum berhasil membuat ia bisa
menjadi seorang yang pintar seperti yang lain. Bagai mutiara yang
terselimut debu atau lumpur, guru dengan sabar hati membimbing sang
siswa untuk segera menjadi orang terpintar. Guru yang hebat itu
sebenarnya adalah guru yang bisa membuat siswa yang tidak pintar menjadi
yang terpintar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar