Konsumtif dan Kematian
Budaya Produktif
Ketika berbicara mengenai budaya konsumtif, di zaman yang super
maju dalam konteks teknologi dan sarana prasarana, masyarakat seakan terbuai di
dalamnya. Segala fasilitas sudah tersedia demikian pula semua kebutuhan sudah
ada. Manusia hanya tinggal menyediakan untuk membeli semua itu.
Budaya konsumtif tidak hanya dipahami sebatas makanan, melainkan
juga dalam konteks budaya lainnya. Contohnya penggunaan listrik berlebihan
karena perabotan elektronik rumah yang sangat banyak, penggunaan air, pemakaian
pulsa baik pulsa internet ataupun pulsa telepon, pembelian brand-brand
mahal sebagai wujud dari eksistensi sosial, makanan dan minuman, dan masih
banyak hal lainnya. Budaya konsumtif juga dapat diartikan sebagai perilaku
masyarakat yang berorientasi kepada proses pemakaian atau proses mengkonsumsi
segala hal yang ada pada kebutuhan mereka tanpa mempedulikan klasifikasi
kebutuhan yaitu: primer, sekunder dan tersier. Segalanya dapat dibeli tanpa
memikirkan sesuatu itu perlu atau tidak bagi dirinya. Nilai guna tidak lagi
penting di sini. Nilai tanda sebagai identitas sosial sangat dinomor satukan.
Di mana segala fasilitas, bujukan media dan kemudahan dapat diperoleh dengan
mudah.
Tuntutan zaman memuncul kan asumsi publik bahwa jika seseorang
tidak mengikuti trend setter maka dia akan dianggap katrok atau
ketinggalan zaman. Hal itulah yang membuat masya rakat mau tidak mau harus meng
ikuti pola hidup yang seperti itu.
Faktor penyebab budaya konsumtif di lingkup masyarakat urban ada
beberapa hal, yaitu:
1. Kepenatan yang dialami
masyarakat membuat mereka jenuh dan mengarahkannya pada kegiatan yang sifatnya
dapat me-refresh kepenatan itu. Hal ini membuat mereka kembali terjeru
mus dalam budaya konsumtif. Misalkan untuk menghilangkan penat mereka pergi ke mall,
walau sekedar melihat-lihat, namun akhirnya pulang sambil membawa sedikit buah
tangan.
2. Gengsi/wujud dari
eksis tensi sosial. Karena tidak ingin dianggap rendah, kebanyakkan orang lebih
memilih terbawa arus perkembangan zaman walau itu menjurus ke hal yang membuat mereka
menyesal dan tak bermanfaat.
3. Mayoritas mempengaruhi
minoritas. Yang dimaksud di sini adalah, ketika suatu komunitas besar atau
sebagian besar masyarakat meng konsumsi atau menggunakan barang atau sebagainya
dan itu di publis secara tidak langsung minoritas ini akan terpengaruh dan ikut
menggunakannya.
4. Media. Peran media
sangat berpengaruh dalam menimbulkan budaya konsumtif ini. Entah itu media
cetak atau pun elektronik. Media sangat mampu mempengaruhi masyara kat untuk
membeli setiap produk yang di iklankan, dengan tawaran yang belum tentu benar.
Itulah empat hal yang dapat menimbulkan budaya konsumtif. Akan
tetapi masih terdapat satu hal lagi yang paling besar dan akar dari segala
budaya konsumtif ini. Hal itu adalah adanya pemilik modal atau borjuis atau
kapitalis. Kaum kapitalis atau adalah kaum yang berkuasa atas segala pro
duk-produk yang beredar di masyarakat. Entah makanan, pro perty, jasa,
bahkan pada lembaga pemerintahan. Tujuan dari kaum kapitalis adalah memperoleh
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan memasarkan produk mereka ke masyarakat
serta membuat terlelap karenanya.
Kaum kapitalis memiliki lapangan pekerjaan untuk masya rakat. Hal
itu hanya digunakan untuk sebuah dalih. Sedangkan masyarakat sendiri hanya
dipeker jakan sebagai kaum proletar (sistim kontrak atau sistem outsourcing).
Tentu sistim seperti ini sangat merugikan sekali bagi pekerja.
Kaum kapitalis memberikan
inovasi-inovasi terbaru yang bisa menggiurkan bagi setiap masyara kat,
contohnya adalah brand handphone. Kini hampir setiap bulan selalu muncul
dengan tipe dan keunggulannya, dan itu juga selalu laris dibeli masyarakat.
Masyarakat sekarang terus memburu dan memburu. Bukan lagi sekadar telepon dan
SMS, tetapi yang diburu masyarakat adalah nilai tanda dari kecanggih an hape
itu sebagai sebuah status sosial mereka.
Sangat banyak pergeseran makna yang terjadi pada zaman sekarang.
Semua tidak ditempat kan pada fungsinya, melainkan hanya pada eksistensi. Inilah yang disebut
dalam filsafat Marx yaitu kesadaran palsu. Semua terjebak dalam kurungan
kapitalis yang mematikan budaya produk tif. Sayang masih banyak masya rakat
yang tak sadar akan hal ini.
Merubah budaya konsumtif bukan perkara yang mudah, namun bisa
dengan membudaya kan hidup sederhana. Menera pkan hal ini diperlukan perubahan mindset
(pola pikir) masyarakat terlebih dahulu. Merubah budaya lama dengan budaya baru
yang lebih baik, perlu waktu dan proses untuk mengikis secara perlahan-lahan
budaya ini, dengan menyadari mudarat yang ditim bulkannya. Menghilangkan sifat hedonis
(cinta dunia) adalah salah satu jawabannya. Kembalilah pada budaya
produktif.
Penulis: Yuhendri, S.Pd
Guru Sosiologi SMA N 1 Palupuh Kab. Agam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar