Sabtu, 11 Mei 2013

Kompetensi Sosial Guru



Kompetensi Sosial Guru

Oleh: Feriyadi


Saat ini keberadaan dan penghargaan guru di tengah-tengah masyarakat mengalami kemerosotan nilai. Dahulu keberadaan dan kedudukan guru sangat dihargai. Guru dianggap sosok yang mulia yang memiliki wibawa tinggi. Masyarakat menganggap guru sebagai priba di yang sempurna. Perkataan guru  tidak boleh dibantah. Perilaku guru dijadikan contoh yang baik untuk di tiru. Guru adalah panutan di segala bidang.
Di masa sekarang terjadi pergeseran nilai terhadap guru, masyarakat menganggap guru tidaklah sesakral dulu. Masyara kat sering membicarakan kekura ngan-kekurangan guru. Ketidak sanggupan guru dalam mendidik anak dan kompetensi terbatas yang dimiliki guru termasuk kompetensi sosialnya merupa kan salah satu sebab rendahnya penghargaan terhadap guru.  Seharusnya sebagai mahkluk sosial, guru memiliki kompetensi sosial yang mumpuni. Mereka harus mampu berbaur dan berga ul dengan masyarakat. Jika tidak maka yang bersangkutan kurang bisa diterima di masyarakat.
Kompetensi sosial guru merupakan salah satu indikator Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang diberlakukan pada tahun 2013. Inilah salah satu ujian rumit bagi guru karena yang dinilai adalah bagaimana mereka dapat menempatkan diri secara baik di tengah masyarakat.
Sebagai panutan dalam bermasyarakat maka guru harus memperbaiki kompetensi sosial nya. Menurut Mulyasa, sedikit nya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru yaitu: (1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. (2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi. (3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. (4) Memiliki pengetahuan tentang estetika. (5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. (7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Banyak guru yang bertugas di daerah terpencil yang mana masyarakat masih teguh memega ng tradisi leluhur,  mengalami masalah. Di satu sisi mereka harus dapat membantu menjaga kelestarian nilai budaya masyara kat, agar tidak hilang. Di sisi lain mereka adalah ujung tombak perubahan. Pada posisi ini mereka diharapkan mampu melakukan perubahan-perubahan  untuk kemajuan masyarakat yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai dan falsafah yang dianut masyarakat tersebut. Di sinilah guru harus pandai memberi pemahaman terhadap masyarakat sekaligus pembuktian diri bahwa mereka memiliki kompetensi sosial yang unggul.
Dalam pandangan masyara kat, guru memiliki tempat ter sendiri karena yang diharapkan dari guru bukan hanya ilmu yang dimilikinya.  Jika hanya karena ilmunya semata, maka fungsi guru bisa tergantikan oleh buku, televisi, video, internet dan robot. Tapi fungsi guru tidak akan tergantikan ketika ia mampu berperan sebagai teladan bagi muridnya. Guru bukan hanya sebagai pengajar di kelas, tetapi juga sebagai pendidik. Pendidik yang bukan hanya untuk para siswanya, tapi juga untuk masyarakat di sekitarnya. Jika ia mengajarkan berdiskusi, maka ia mampu memberi teladan diskusi yang baik. Tentu buku, tv, inter net, video bahkan robot pun tidak mampu melakukan semua ini.
Untuk mewujudkan kompe tensi sosial yang baik maka guru harus memiliki nilai-nilai budaya kerja yang mencakup: (1) kepemimpinan (2) keteladanan, (3) kepekaan, (4) kebersamaan, (5) semangat dan (6) disiplin.
Kepemimpinan berarti kesa daran diri sebagai seorang pemim pin yang ditujukan melalui kemam puannya untuk mempengaruhi dan menjadikan dirinya sebagai teladan, serta mampu memotivasi orang lain agar tergerak mencapai sasaran yang lebih tinggi berdasarkan nilai-nilai moral seperti : integritas, komitmen, konsistensi, profesional dan kemampuan komunikasi.
Keteladanan yang dimaksud adalah sikap perilaku guru yang dinyatakan secara sadar maupun tidak yang dipersepsi oleh peserta didik atau masyarakat disekitar nya sebagai sesuatu sikap yang baik. Guru harus mampu mem buat dirinya berarti bagi masyara kat. Apabila masyarakat mengeta hui bahwa guru-guru di sekolah dapat dijadikan teladan di masyara kat maka kepercayaan masyara kat terhadap sekolah tersebut akan semakin besar dan akhirnya bantuan atau dukungan positif masyarakat terhadap sekolah pun akan menjadi lebih besar.
Guru juga harus peka terhadap lingkungannya.  Di sini mereka harus bisa merespon berbagai peristiwa atau isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat. Apalagi jika isu tersebut berhubungan dengan dunia pendidikan atau satuan pendidikan tempat mereka bernaung.
Andaikata semua guru memiliki kompetensi sosial yang baik maka harapan UNESCO untuk menjadikan guru sebagai agen perubahan yang  mampu mendorong pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak dan berkarakter akan segera terwujud. ***

Penulis adalah guru SMPN 2 Payung Sekaki, Kab.Solok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar