Jumat, 10 Mei 2013

Konsumtif dan Kematian Budaya Produktif



Konsumtif  dan Kematian
Budaya Produktif



Ketika berbicara mengenai budaya konsumtif, di zaman yang super maju dalam konteks teknologi dan sarana prasarana, masyarakat seakan terbuai di dalamnya. Segala fasilitas sudah tersedia demikian pula semua kebutuhan sudah ada. Manusia hanya tinggal menyediakan untuk membeli semua itu.
Budaya konsumtif tidak hanya dipahami sebatas makanan, melainkan juga dalam konteks budaya lainnya. Contohnya penggunaan listrik berlebihan karena perabotan elektronik rumah yang sangat banyak, penggunaan air, pemakaian pulsa baik pulsa internet ataupun pulsa telepon, pembelian brand-brand mahal sebagai wujud dari eksistensi sosial, makanan dan minuman, dan masih banyak hal lainnya. Budaya konsumtif juga dapat diartikan sebagai perilaku masyarakat yang berorientasi kepada proses pemakaian atau proses mengkonsumsi segala hal yang ada pada kebutuhan mereka tanpa mempedulikan klasifikasi kebutuhan yaitu: primer, sekunder dan tersier. Segalanya dapat dibeli tanpa memikirkan sesuatu itu perlu atau tidak bagi dirinya. Nilai guna tidak lagi penting di sini. Nilai tanda sebagai identitas sosial sangat dinomor satukan. Di mana segala fasilitas, bujukan media dan kemudahan dapat diperoleh dengan mudah.
Tuntutan zaman memuncul kan asumsi publik bahwa jika seseorang tidak mengikuti trend setter maka dia akan dianggap katrok atau ketinggalan zaman. Hal itulah yang membuat masya rakat mau tidak mau harus meng ikuti pola hidup yang seperti itu.
Faktor penyebab budaya konsumtif di lingkup masyarakat urban ada beberapa hal, yaitu:
1.     Kepenatan yang dialami masyarakat membuat mereka jenuh dan mengarahkannya pada kegiatan yang sifatnya dapat me-refresh kepenatan itu. Hal ini membuat mereka kembali terjeru mus dalam budaya konsumtif. Misalkan untuk menghilangkan penat mereka pergi ke mall, walau sekedar melihat-lihat, namun akhirnya pulang sambil membawa sedikit buah tangan.
2.     Gengsi/wujud dari eksis tensi sosial. Karena tidak ingin dianggap rendah, kebanyakkan orang lebih memilih terbawa arus perkembangan zaman walau itu menjurus ke hal yang membuat mereka menyesal dan tak bermanfaat.
3.     Mayoritas mempengaruhi minoritas. Yang dimaksud di sini adalah, ketika suatu komunitas besar atau sebagian besar masyarakat meng konsumsi atau menggunakan barang atau sebagainya dan itu di publis secara tidak langsung minoritas ini akan terpengaruh dan ikut menggunakannya.
4.     Media. Peran media sangat berpengaruh dalam menimbulkan budaya konsumtif ini. Entah itu media cetak atau pun elektronik. Media sangat mampu mempengaruhi masyara kat untuk membeli setiap produk yang di iklankan, dengan tawaran yang belum tentu benar.
Itulah empat hal yang dapat menimbulkan budaya konsumtif. Akan tetapi masih terdapat satu hal lagi yang paling besar dan akar dari segala budaya konsumtif ini. Hal itu adalah adanya pemilik modal atau borjuis atau kapitalis. Kaum kapitalis atau adalah kaum yang berkuasa atas segala pro duk-produk yang beredar di masyarakat. Entah makanan, pro perty, jasa, bahkan pada lembaga pemerintahan. Tujuan dari kaum kapitalis adalah memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan memasarkan produk mereka ke masyarakat serta membuat terlelap karenanya.
Kaum kapitalis memiliki lapangan pekerjaan untuk masya rakat. Hal itu hanya digunakan untuk sebuah dalih. Sedangkan masyarakat sendiri hanya dipeker jakan sebagai kaum proletar (sistim kontrak atau sistem outsourcing). Tentu sistim seperti ini sangat merugikan sekali bagi pekerja.
 Kaum kapitalis memberikan inovasi-inovasi terbaru yang bisa menggiurkan bagi setiap masyara kat, contohnya adalah brand handphone. Kini hampir setiap bulan selalu muncul dengan tipe dan keunggulannya, dan itu juga selalu laris dibeli masyarakat. Masyarakat sekarang terus memburu dan memburu. Bukan lagi sekadar telepon dan SMS, tetapi yang diburu masyarakat adalah nilai tanda dari kecanggih an hape itu sebagai sebuah status sosial mereka.
Sangat banyak pergeseran makna yang terjadi pada zaman sekarang. Semua tidak ditempat kan pada fungsinya, melainkan  hanya pada eksistensi. Inilah yang disebut dalam filsafat Marx yaitu kesadaran palsu. Semua terjebak dalam kurungan kapitalis yang mematikan budaya produk tif. Sayang masih banyak masya rakat yang tak sadar akan hal ini.
Merubah budaya konsumtif bukan perkara yang mudah, namun bisa dengan membudaya kan hidup sederhana. Menera pkan hal ini diperlukan perubahan mindset (pola pikir) masyarakat terlebih dahulu. Merubah budaya lama dengan budaya baru yang lebih baik, perlu waktu dan proses untuk mengikis secara perlahan-lahan budaya ini, dengan menyadari mudarat yang ditim bulkannya. Menghilangkan sifat hedonis (cinta dunia) adalah salah satu jawabannya. Kembalilah pada budaya produktif.

Penulis: Yuhendri, S.Pd
Guru Sosiologi SMA N 1 Palupuh Kab. Agam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar